Pada saat diumumkan ternyata….
“Eliza mewakili sekolah kita ke
tingkat kota..Selamat yaa..”,ucap guruku. “astagfirullahal aziim,aku gak lolos
lagi….haduuh”,kataku dalam hati sanubariku.Aku bingung saat itu.Aku mulai
frustasi dan mulai putus asa.Hampir saja aku tidak suka subjek pelajaran
itu.Aku mengaca di depan cermin di kamar mandi sekolahku sambil merenungi diri.
”Ah Dhafka,kamu gimana sih,waktu tes itu soalnya gampang lho,kok kamu malah gak
lolos….ah!!!!”,Ucapku kesal terhadap diriku sendiri.Tahun depan aku tidak bisa
mengikuti lomba itu lagi.Aku sudah kelas enam.Persiapan Ujian Nasional .
Beberapa hari setelah kejadian itu,aku
mulai sadar mungkin passion ku bukan
di situ.Mulailah aku mencari passion yang
cocok bagi diriku.Namun selama iu aku belum menemukan yang benar-benar kugemari selain belajar
IPA.Kupikir apakah aku kurang beruntung dan kurang doa saja.”Ya udah deh,aku
banyak doa aja,siapatahu ada keajaiban,Allah kan Maha Mengasihi”,ucapku dalam
hati.
Akhirnya aku banyak berdoa supaya
Allah memberiku jalan dan petunjuk.Eh,ternyata benar,tahu-tahu aku dipanggil
oleh guru IPA-Ku saat itu.”Dong-deng,Eliza dan Dhafka diharap menuju ke
kantor”,Pengumuman dari kantor guru sempat membuatku terkejut.Mengapa aku
dipanggil,kan aku tidak lolos seleksi tingkat sekolah.
“Dhafka,Eliza,kalian kami beri amanah
untuk mewakili SD untuk berlaga di tingkat kota,kalian siap kan?”
“Hah?ke kota? Bukankah saya gak lolos
seleksi bu?” Ucapku
“Iya Dhaf,kamu peringkat ke dua dalam
seleksi itu. Tapi ternyata Dinas pendidikan meminta setiap sekolah mengirimkan
satu… eh dua perwakilan per bidang studi.”Ucap guruku.
“Alhamdulillah wa syukurillah ~” aku
hampir pengen nyanyi lalu itu saat
itu.
Betapa bahagianya aku saat itu,mungkin ini atas berkat
doa-doaku dan doa orang-orang terdekatku.
Akhirnya Aku dan Eliza selalu berlatih
bersama guru kami,yang tercinta Ibu Dwi,Alm.Ibu Rini,Ibu Endah,Pak Rino,dan Pak
Mulyadi.Soal-soal fisika dan biologi
kubabat habis.
Dari pelajaran paling awal hingga
pelajaran terakhir sebelum pulang sekolah aku harus membaca buku dan bertempur
dengan angka-angka dalam bidang fisika.
Setelah persiapan yang cukup matang,
akhirnya kami dengan berbaju merah putih siap bertempur melawan soal-soal
olimpiade di aula dinas pendidikan Bontang saat itu. Paginya aku meminta doa
restu kepada kedua orang tuaku, lalu pergilah aku ke sekolah karena kami diantar
oleh sekolah ke tempat Perang Dunia I itu (terlalu lebay,jangan dihiraukan).
Sesampainya di tempat acara, Anda
pasti tahu apa yang kami lakukan. Basa-basi terlebih dahulu, seperti
registrasi,serangkaian acara pembukaan,dan lain-lain.Setelah basa-basi
selesai,kami langsung berperang dengan senjata otak dan musuh kami adalah
soal-soal.
Setelah keluar dari tempat acara, aku
berkata pada diri sendiri,
“Brrr…. soalnya serem……kayak hantu” ,ucapku
yang terlalu lebay.
“Aku kurang yakin nih bisa lolos ke tingkat provinsi,
tapi doa aja lah……Allah know the best for
me.”,doaku.
Waktu di mobil otw ke sekolah, guruku berkata bahwa hasil olimpiade akan keluar
sekitar dua minggu-an lagi. Masih banyak waktu lah untuk aku berdoa.
Seminggu berjalan,aku berdoa terus
kepada Allah Yang Maha Penerima Doa agar aku diloloskan ke tingkat
provinsi.Saat itu cara berdoaku tidak
sama dengan cara yang kulakukan sekarang.Perlu diketahui bahwa Aku dulu adalah
seorang dokter cilik di sekolahku. Jadi selain menjadi pelajar berbaju merah
putih,aku juga menjadi dokter cilik berbaju putih putih di sekolahku yang
membantu jika ada yang jatuh dari tangga,ketabrak kucing,keselek rumput,atau ada
yang nangis saat imunisasi.Udah lupakan aja,jangan diperdalam lagi.
Setelah dua minggu aku menunggu
pengumuman tapi belum keluar juga.
Akhirnya…..
TO BE CONTINUED
0 Komentar