Featured Post

6/recent/ticker-posts

Antara Pantai dan Kertas (Part 2)-Non Revised


Pada saat diumumkan ternyata….
          “Eliza mewakili sekolah kita ke tingkat kota..Selamat yaa..”,ucap guruku. “astagfirullahal aziim,aku gak lolos lagi….haduuh”,kataku dalam hati sanubariku.Aku bingung saat itu.Aku mulai frustasi dan mulai putus asa.Hampir saja aku tidak suka subjek pelajaran itu.Aku mengaca di depan cermin di kamar mandi sekolahku sambil merenungi diri. ”Ah Dhafka,kamu gimana sih,waktu tes itu soalnya gampang lho,kok kamu malah gak lolos….ah!!!!”,Ucapku kesal terhadap diriku sendiri.Tahun depan aku tidak bisa mengikuti lomba itu lagi.Aku sudah kelas enam.Persiapan Ujian Nasional .
          Beberapa hari setelah kejadian itu,aku mulai sadar mungkin passion ku bukan di situ.Mulailah aku mencari passion yang cocok bagi diriku.Namun selama iu aku belum menemukan  yang benar-benar kugemari selain belajar IPA.Kupikir apakah aku kurang beruntung dan kurang doa saja.”Ya udah deh,aku banyak doa aja,siapatahu ada keajaiban,Allah kan Maha Mengasihi”,ucapku dalam hati.
          Akhirnya aku banyak berdoa supaya Allah memberiku jalan dan petunjuk.Eh,ternyata benar,tahu-tahu aku dipanggil oleh guru IPA-Ku saat itu.”Dong-deng,Eliza dan Dhafka diharap menuju ke kantor”,Pengumuman dari kantor guru sempat membuatku terkejut.Mengapa aku dipanggil,kan aku tidak lolos seleksi tingkat sekolah.
          “Dhafka,Eliza,kalian kami beri amanah untuk mewakili SD untuk berlaga di tingkat kota,kalian siap kan?”
          “Hah?ke kota? Bukankah saya gak lolos seleksi bu?” Ucapku
          “Iya Dhaf,kamu peringkat ke dua dalam seleksi itu. Tapi ternyata Dinas pendidikan meminta setiap sekolah mengirimkan satu… eh dua perwakilan per bidang studi.”Ucap guruku.
          “Alhamdulillah wa syukurillah ~” aku hampir pengen nyanyi lalu itu saat itu.
Betapa bahagianya aku saat itu,mungkin ini atas berkat doa-doaku dan doa orang-orang terdekatku.
          Akhirnya Aku dan Eliza selalu berlatih bersama guru kami,yang tercinta Ibu Dwi,Alm.Ibu Rini,Ibu Endah,Pak Rino,dan Pak Mulyadi.Soal-soal fisika dan biologi kubabat habis.

          Dari pelajaran paling awal hingga pelajaran terakhir sebelum pulang sekolah aku harus membaca buku dan bertempur dengan angka-angka dalam bidang fisika.
          Setelah persiapan yang cukup matang, akhirnya kami dengan berbaju merah putih siap bertempur melawan soal-soal olimpiade di aula dinas pendidikan Bontang saat itu. Paginya aku meminta doa restu kepada kedua orang tuaku, lalu pergilah aku ke sekolah karena kami diantar oleh sekolah ke tempat Perang Dunia I itu (terlalu lebay,jangan dihiraukan).
          Sesampainya di tempat acara, Anda pasti tahu apa yang kami lakukan. Basa-basi terlebih dahulu, seperti registrasi,serangkaian acara pembukaan,dan lain-lain.Setelah basa-basi selesai,kami langsung berperang dengan senjata otak dan musuh kami adalah soal-soal.
          Setelah keluar dari tempat acara, aku berkata pada diri sendiri,
          “Brrr…. soalnya serem……kayak hantu” ,ucapku yang terlalu lebay.
“Aku kurang yakin nih bisa lolos ke tingkat provinsi, tapi doa aja lah……Allah know the best for me.”,doaku.

          Waktu di mobil otw ke sekolah, guruku berkata bahwa hasil olimpiade akan keluar sekitar dua minggu-an lagi. Masih banyak waktu lah untuk aku berdoa.
          Seminggu berjalan,aku berdoa terus kepada Allah Yang Maha Penerima Doa agar aku diloloskan ke tingkat provinsi.Saat itu  cara berdoaku tidak sama dengan cara yang kulakukan sekarang.Perlu diketahui bahwa Aku dulu adalah seorang dokter cilik di sekolahku. Jadi selain menjadi pelajar berbaju merah putih,aku juga menjadi dokter cilik berbaju putih putih di sekolahku yang membantu jika ada yang jatuh dari tangga,ketabrak kucing,keselek rumput,atau ada yang nangis saat imunisasi.Udah lupakan aja,jangan diperdalam lagi.
          Setelah dua minggu aku menunggu pengumuman tapi belum keluar juga.
Akhirnya…..

TO BE CONTINUED
         

Posting Komentar

0 Komentar

Ad Code

Responsive Advertisement