Apalah Arti Ramadhan
Kilas balik ke bulan
Ramadhan tahun 1442 H, aku sempat berpikir, “Apa yang kulakukan di bulan
Ramadhan tahun depan ya? Aku tinggal di tempat baru, jauh dari orang tua,
sahabat-sahabat, dan karib-kerabat”. Perasaan itu sempat mengganjal dengan
seksama dalam benakku di penghujung bulan Ramadhan tahun itu. Aku bahkan tak
mengira bahwa Ramadhan tahun 1443 H menjadi Ramadhan terbaik yang pernah aku
alami dalam hidup selama ini.
Berbulan-bulan
berlalu, tibalah waktu kedatangaku di Yogyakarta. Sebuah kota baru yang hanya pernah
kudatangi sekali seumur-umur, hanya mengenalnya dari kultur yang mirip dengan
budaya di Jawa Timur.
Allah menuntunku untuk mendaftarkan diri di
Keluarga Muslim Teknik UGM. Awalnya, aku sering AFK dalam mengikuti kegiatan
dan rapatnya. Namun hingga suatu titik, aku mencoba untuk sesekali aktif dalam syuro’
nya. Ternyata Apa? Aku dinobatkan menjadi calon ketua angkatan. Namun, pilihan
jatuh kepada temanku dari teknik geologi. Aku dicalonkan menjadi ketua Pesona
Ramadhan di Teknik (PERNIK) 1443 H. Pertama aku kebingungan dengan konsep acara
yang diberikan, tapi setelah membentuk tim, dengan segala alur brainstormingnya,
akhirnya ditemukan konsep acara yang terbaik. Terimakasih kepada Intan, si
paling acara.
Awalnya masih kagok,
aku bertemu dengan orang-orang baru dari departemen lain dari seluruh teknik
UGM. Namun setelah beberapa waktu bareng, akhirnya kami menjadi satu kesatuan
yang dekat dan tak terpisahkan. Kegiatan luring akhirnya dimulai kembali di
masjid teknik. Dimulai dengan memesan plakat namun tidak jadi karena sudah
dekat dengan UTS Transformasi Digital, dilanjutkan dengan esok harinya
mengambil barang di PSIT bersama Om Aldi dan Mas Wieldan. Hari Minggunya, sebagai
refreshing dikala UTS, dilaksanakan kajian awal Ramadhan bersama Ustadz favorit
Pogung.
Kegiatan selanjutnya adalah buka bersama sekaligus pembagian takjil yang dilaksanakan pekan pertama-ketiga. Kegiatan ini mengingatkanku semasa di Bontang. Jika ada kotak yang sisa, aku dan teman-teman panitia PERNIK membawa pulang dan akan dimakan untuk sahur. Bukber mastek adalah progker yang sangat berkesan bagiku karena darinya aku belajar bahwa anak teknik meskipun ambis, mereka masih memiliki jiwa proletar dan kebersamaan yang kuat. Kajian dan bukber berlalu, dilakukan pula rihlah KMT ke Puncak Mangunan yang sangat-sangat menantang namun berujung pada kenikmatan di puncaknya.
Sekarang tibalah saatnya kegiatan Ramadhan ke desa binaan. Pagi-pagi sekali kami datang ke Masjid Kampus, ternyata belum banyak orang yang datang. Sekitar pukul delapan baru mangkat dari Masjid Kampus bersama mobil om Aldi kesayangan, melawan kerasnya alam Kulonprogo. Bak senam jantung, satu mobil ketakutan ketika melewati jalan curamnya desa Munggang Wetan. Sesampainya disana, ketakutan tadi terbayarkan dengan melihat senyum dan tawa bahagia adik-adik binaan di desa tersebut. Mereka saling berlomba satu sama lain untuk memperebutkan gelar juara. Sempat pula kami merintangi kembali bentala Desa Munggang Wetan, yaitu waduknya. Namun sayang, tidak sampai ke air terjunnya. Sorenya dilakukan kajian dan buka bersama. Aku bahagia bisa melihat senyum mbah-mbah, ibu-ibu, dan bapak-bapak disana yang jarang kutemui di kota. Malamnya, kembali senam jantung. Dikepung oleh jurang dan tebing di kanan dan kirinya ditambah gelapnya malam membuat diri semakin was-was. Alhamdulillah, sampai juga di Sleman kembali. Aku merasa hari itu adalah hari yang belum pernah aku rasakan sebelumnya. Kekeluargaan, kebahagiaan, dan kebaikan terpancar dari kegiatan Ramadhan di Desa Binaan.
Akhirnya, kegiatan
ditutup dengan kajian luring akhir Ramadhan dan juga grand closing
sehari sebelum lebaran. Kututup dengan secercah pidato pertanggungjawaban
kegiatan selama sebulan. Malamnya kubuat appreciate post bagi temen-temen
PH yang telah bersama sebulan ini. Mungkin itu yang bisa kubagikan di tulisan
ini. Ketakutanku yang kupikirkan bahwa Ramadhan tahun ini sangat datar tak terjadi karena PERNIK. Terimakasih PERNIK, kalian membuat Ramadhan 1443 H kali ini
menjadi lebih berwarna dari biasanya. Memang kita tidak terikat kembali dalam
kepanitiaan, tapi aku yakin persahabatan kita selalu tersimpul dengan baik. Percayalah, terima segala kesempatan yang ada dan berusahalah selalu untuk berbuat yang terbaik bagi kesempatan itu. Ciao, sampai bertemu di tulisan selanjutnya!
0 Komentar