Diriku Jelang “Kiamat” 2012
Dunia
diliputi rasa takut dan cemas pada awal dekade kedua abad ke-21. Hal ini
terjadi karena adanya desas-desus mengenai angka 2012 yang ramai dibicarakan
khalayak pada saat itu. Angka 2012 diidentikkan dengan sebuah akhir siklus
penanggalan bangsa Maya. Berdasarkan perhitungan numerik pada siklus
penanggalan suku Maya, siklus tersebut akan berakhir pada 21 Desember 2012.
Kehebohan masyarakat dunia
dilatarbelakangi oleh sebuah kepercayaan bahwa ketika sebuah sistem penanggalan
kuno berakhir maka peradaban dunia juga ikut berakhir dengan cara apapun.
Kehebohan ini makin menjadi-jadi ketika ada penelitian bahwa sistem kalender
milik bangsa Maya adalah kalender paling akurat di bumi. Dinyatakan bahwa, pada
tanggal 21 Desember 2012, adalah End
of Times atau akhir dari sebuah masa.
Pada awal tahun 2010, Aku mengetahui
berita itu dari sebuah serial televisi yang bertajuk On The Spot. Salah
satu episodenya, bertemakan tentang sebuah ramalan kiamat pada 21 Desember
2012. Lantas, aku yang saat itu masih belum tahu pedas lada menanyakan kepada
orangtuaku tentang hal itu. Orangtuaku mengungkapkan bahwa berita itu sudah
mereka ketahui setahun sebelumnya. Namun, mereka menyembunyikan berita itu dariku.
Orangtuaku diliputi rasa cemas terhadap peristiwa yang diramalkan terjadi dua
tahun setelah itu.
Pada bulan September 2010, adik
pertamaku lahir. Aku merasa bahwa saat itu adalah saat paling bahagia dalam
hidupku. Walaupun masih usia kelas 2 SD, aku sudah bisa menggendong dan
menganyunkan adikku itu. Pernah sekali aku berkata kepadanya tentang kengerian
yang tersimpan dalam sanubariku.
“Hai adik kecilku, andai kamu tahu
bahwa umurmu hanya 2 tahun, kamu akan menyesal akan lahir ke dunia ini. ”
Tanteku yang sedang berada di
samping kami mendengarkan perkataan lirihku itu. Ia tiba-tiba menghardik dengan
perkataan yang menusuk hatiku.
“Apa yang kamu maksudkan? kenapa sih
kamu dan ayahmu yang bodoh itu terlalu percaya dengan berita semacam itu!
Itu hanya dongeng orang-orang musyrik,tahu! “
Aku langsung meletakkan adikku di
kereta bayinya lagi dan kembali ke kamarku seraya membanting pintu kamar tanda
kejengkelan. Sejak saat itu, Aku enggan bersua dengan tanteku. Siapa sangka,
hardikan tanteku itu adalah kalimat terakhir yang Ia utarakan bagiku. Beliau
menderita sakit yang cukup parah dan harus berobat rutin di salah satu rumah
sakit swasta yang ada di Kota Malang sejak Desember 2010. Tanteku tutup usia
pada bulan November 2011, setahun setelah hardikannya kepadaku.
Selama tahun 2011, kecemasanku terhadap berita kiamat itu semakin
menjadi-jadi. Tanteku yang biasa menasihati kami tidak berada di kotaku lagi.
Saat kelas 3 SD, aku semakin kurang bersemangat untuk menimba ilmu karena
berperasaan buruk akan kehidupan di masa depan.
“Ah, ngapain aku belajar.
Toh, tahun depan juga tidak berguna yang kupelajari selama ini.”
Otak kecilku sudah berpikiran
seperti itu. Hari demi hari kulewati dengan kelesuan dan ketakutan yang luar
biasa. Berita-berita di jagad maya dihantui oleh kehebohan kiamat 2012 ini.
Bahkan,sudah ada film yang menggambarkan ketakutan ini, yaitu film 2012 yang
disutradarai oleh Roland Emmerich. Aku semakin tertekan. Bayang-bayang
kiamat sudah di depan mata. Terkadang, saat kumpul keluarga kami bersama-sama
berdoa kepada Allah untuk keselamatan kami agar kami termasuk orang yang
diselamatkan seperti di film 2012 tersebut. Agak aneh, kami memercayai suatu
ramalan yang berbau syirik, namun masih berdoa kepada Tuhan dengan penuh harap.
Memasuki kuartal terakhir 2012, rasa pasrah dan harap
bercampur aduk. Bisakah kami lolos dari bencana mahadasyat ini? Siapa yang
tahu. Hal tabu ini sudah menjadi momok menakutkan bagi kami. Sungguh, hari demi
hari kami jalankan dengan tak ada lagi etos kerja yang muncul. Lelah belajar,
adik yang semakin kurang terurus, nafsu makan berkurang, serta hari-hari hanya
diisi dengan doa, takut, dan harap.
Bulan Desember 2012 datang. Aku
sudah tidak mau bersekolah mulai awal bulan. Pada hari itu aku masih di tempat
tidur. Ibuku datang menggedor pintu kamarku.
“Nak,ayo berangkat! Ayahmu sudah
menunggu didepan!”
Aku yang masih berada di tempat
tidur terperanjak mendengar suara itu. Kemudian, aku berteriak dengan sangat
keras sambil menutup badanku dengan selimut.
“Aku tak mau sekolah,Ma! Umur kita
tinggal sedikit! Ayolah! Aku mau berkumpul dengan keluarga! Bukan dengan
teman-teman di sekolah!”
Ketakutanku sudah tidak tak
tertahankan. Ibuku yang juga cemas terhadap ramalan itu diam seribu bahasa. Beliau
akhirnya pergi meninggalkanku sendirian di kamar yang penuh rasa takut itu.
Pada malam Jumat tanggal 20 Desember
2012 diriku merasakan ketegangan yang berlebih. Menurut berita, kiamat yang
disebabkan oleh tabrakan Planet Nebula dengan Bumi akan terjadi pada pukul tujuh
pagi. Pada akidah Islam, Kiamat akan terjadi pada hari Jumat. Ketakutan itu
tambah menjadi-jadi. Tak Ayal, aku memang mencampuradukkan keyakinan syirik
akan ramalan dengan syariat agama. Malam itu kami sekeluarga berdoa dengan
khusyuk dan penuh harap agar keluargaku mendapat mukjizat dari Allah. Adikku
yang masih berumur dua tahun diajak berdoa bersama disamping kami.
Saat bangun tidur pukul empat pagi
di hari Jumat, 21 Desember 2012, jantungku berdegup kencang. Apakah benar
matahari akan terbit dari barat hari itu? Langit kupandangi. Tak ada yang aneh.
Hanya tebaran bintang yang indah menghiasi fajar. Hatiku sudah mulai gundah.
“Kok, tidak ada yang aneh ya dari
langit pagi ini... Apakah ramalan ini memang hanyalah ramalan?”
Orangtuaku memandangi langit fajar. Cahaya
mentari sudah mulai menerpa Bentala di cakrawala timur. Ternyata,ramalan itu
hanyalah ramalan. Waktu telah menunjukkan pukul tujuh dan tidak ada tanda
bencana dahsyat apapun.
“Alhamdulillah, Ya Allah. Ternyata
selama ini kita hanya dihantui rasa takut dan cemas berlebih ya,Nak.”
“Iya bu, aku menyesal selama ini
percaya dengan ramalan tidak jelas itu. Lebih baik disibukkan untuk hal-hal
bermanfaat kalau tahu akan terjadi seperti ini.”
Kami masuk ke rumah dengan rasa
syukur yang amat dalam. Namun, ada satu hal yang kami sesali. Hal itu adalah
rasa ketakutan yang membuatku banyak
ketinggalan pelajaran. Selain itu, kami juga terjerumus kedalam dosa berputus
asa dari rahmat Tuhan. Pada akhirnya,
kami bertaubat nasuha kepada Allah dan lebih banyak memperdalam ilmu
agama agar tidak mudah terpengaruh dengan ramalan-ramalan kosong belaka yang
dapat menjerumuskan kedalam dosa syirik.
0 Komentar